Ketika tuhan ciptakan pelangi
Bidadari bersayap sedang mengembang
Aku menunggu . . .
Aku menunggu dering telephone
Dia tergeletak pasrah disampingku
Beralaskan das capital
Apa yang hendak kukatakan
Tak perlu kau tahu
Tak usah dimengerti
Percuma . . .
Seperti semar yang samar
Malam kian larut
Pikiranku mengais-ngais waktu yang terus berlalu
Hembusan asap rokok bernyanyi ;
Pelangi/ pelangi/ alangkah indahmu
Merah kuning ijo/ dilangit yang biru
Pelukismu agung/ siapa gerangan
Pelangi/ pelangi/ ciptaan tuhan
Das capital yang bersetubuh dengan ecce homo
Sebagai alas
Aku bersenggama dengan waktu
Sembari menunggu dering telephone
Aku dipermainkan waktu
Sudahlah . . . semuanya tak ada gunanya ( lagi )
Lawan dan menang
Seorang kawan dikalahkan waktu
Seorang lagi dikalahkan kerja
Seorang yang lain dikalahkan keadaan
Kemenangan hanya ada dalam dongeng
Tidak dalam kenyataan
Anggaplah ini kesaksian orang yang kalah
Lalu kelanjutannya ?